Gaya kepemimpinan dijelaskan sebagai suatu proses, perilaku
atau hubungan yang membentuk pola tertentu yang menyebabkan suatu kelompok
untuk bertindak secara bersama-sama atau bekerja sama sesuai dengan aturan dan
atau tujuan bersama (Sarwono, 1999, h.40). Konsep gaya kepemimpinan ini
menunjukkan adanya kombinasi bahasa, tindakan dan kebijakan tertentu, yang
menggambarkan pola yang cukup konsisten yang digunakan oleh pemimpin dalam
membantuorang lain/bawahan/kelompoknya dalam mencapai hasil yang diinginkan
bersama (Pace & Faules, 1998, h.277).
Pendapat serupa dikemukakan oleh Robbins (2002, h.3) yang
berpendapat bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu strategiatau kemampuan
dalam mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Menurut Bass
(1985, dalam Wutun, 2001, h.345), gaya kepemimpinan adalah kemampuan
mempengaruhi suatu hubungan yang cenderung mengikuti pola/strategi
tertentuuntuk pencapaian tujuan bersama. Sedangkan Lewis (dalam Jewel &
Siegal, 1998, h.435) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu
pengaruh dari seorang pemimpin terhadap kelompok atau pengikutuntuk
meningkatkan kepatuhan dalam usaha mencapai tujuan bersama.
Menurut Wutun (2001, h.345) salah satu konsep kepemimpinan
yang dapat menjelaskan secara tepat pola perilaku kepemimpinan atasan yang
nyata ada dan mampu memuat pola-pola perilaku dari teori kepemimpinan lain
adalah kepemimpinan transformasional dari Bass.
Bass (dalam Wutun, 2001, h.350), menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan transformasional cenderung membangun kesadaran para bawahannya
mengenai pentingnya nilai kerja dan tugas mereka. Pemimpin berusaha memperluas
dan meningkatkan kebutuhan melebihi minat pribadi serta mendorong perubahan
tersebut ke arah kepentingan bersama termasuk kepentingan organisasi (Wutun,
2001, h.352).
Menurut Hay (2004) seorang pemimpintransformasional akan
berusaha memotivasi, membangkitkan semangat dan minat para bawahan, di samping
itu tetap berusaha meyakinkan akan tujuan dan misi organisasi. Pemimpin
transformasional juga akan berusaha melihat, memperhatikan, mengenali kemampuan
individu yang berguna untuk organisasi. Pemimpin transformasional berusaha
meyakinkan bawahan bahwa untuk bersama-sama menciptakan produktivitas kerja
tinggi, usaha keras, komitmen, dan kapasitas kerja yang tinggi.
Menurut Yammarino dan Bass (1990, dalam Daryanto, 2005)
pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai
peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya.
Pemimpin transformasional juga mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa
depan dengan bawahannya, serta meningkatkan kebutuhan bawahan pada tingkatyang
lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan. Pemimpin transformasional harus
mampu membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka melebihi
kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar.
Pemimpin transformasional juga akan
berusaha mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi
bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh parhatian pada
perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya.
Munandar dan Wutun (2001, h.379) menyatakan bahwa
kepemimpinan transformasional yang dikemukakan oleh Bass mempunyai kesamaan dengan konsep
kepemimpinan Ki Hajar Dewantara yaitu seorang pemimpin harus mampu berada di
depan menjadi tauladan (Ing ngarso sung tulodo),berada di tengah-tengah
pengikutnya menghimpun kekuatan bersama (Ing madya mangun karsa), dan berada di
belakang untuk selalu memotivasi pengikutnya dan mengarahkan ke tujuan yang
tepat (tut wuri handayani).
Pemimpin transformasional cenderung berusaha untuk
memanusiakan manusia melalui berbagai cara seperti memotivasi dan memberdayakan
fungsi dan peran karyawan untuk mengembangkan organisasi dan pengembangan diri
menuju aktualisasi diri yang nyata (Wutun, 2001, h.351).
Bass (dalam Wutun, 2001, h.352) menambahkan bahwa
kepemimpinan transformasional adalah bagaimana pemimpin mengubah (to transform)
persepsi, sikap, dan perilaku bawahan terlepas dari meningkat-tidaknya
perubahan yang terjadi. Secara konseptual, kepemimpinan transformasional (to
transform) adalah sebagai kemampuan pemimpin dalam mengubah lingkungan kerja,
motivasi kerja, pola kerja, dan nilai-nilai kerja bawahan sehingga bawahan akan
lebih mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Jadi, persepsi terhadap kepemimpinantransformasional adalah
cara pandang terhadap kemampuan memimpin kepalasekolah dalam mengubah
lingkungan kerja, memotivasi dan menginspirasi bawahan, menerapkan pola kerja
dan nilai-nilai moral, menghargai dan memperhatikan kebutuhan bawahan sehingga
bawahan akan lebih mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi.
2.b. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional
Bass (1990, dalam Harsiwi, 2005) mengemukakan bahwa kepemimpinan
transformasional mempunyai empat dimensi, yaitu:
1. attributed
charisma.
Dimensi yang pertama ini digambarkan sebagai perilaku
pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus
mempercayainya.
2. inspirational
motivation (motivasi inspirasi).
Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan
sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap
prestasi bawahan, mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan
organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan
entusiasme dan optimisme.
3. intellectual
stimulation (stimulasi intelektual).
Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide
baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang
dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari
pendekatan-pendekatan yang baru dalam melaksanakantugas-tugas organisasi.
4. individualized
consideration (konsiderasi individu).
Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan
sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian
masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
bawahan akan pengembangan karir.
Menurut Bass dan Avolio (1990, dalam Suryanto, 2005)
menemukan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki empat komponen perilaku,
yaitu
1. Idealized
Influenceadalah perilaku seorang pemimpin transformasional yang memiliki
keyakinan diri yang kuat, selaluhadir di saat-saat sulit, memegang teguh
nilai-nilai moral, menumbuhkan kebanggaan pada pengikutnya, yang bervisi jelas,
dan langkah-langkahnya selalu mempunyai tujuan yang pasti, dan agar bawahan mau
mengikutinya secara suka rela, ia menempatkan dirinya sebagai tauladan bagi
para pengikutnya tersebut.
2. Individualized
Consideration, adalah perilaku pemimpin transformasional, di mana ia merenung,
berpikir, dan selalu mengidentifikasi kebutuhan para bawahannya, berusaha
sekuat tenaga mengenali kemampuan karyawan, membangkitkan semangat belajar pada
para karyawannya, memberi kesempatan belajar seluas-luasnya, selalu mendengar
bawahannya dengan penuh perhatian, dan baginya adalah kunci kesuksesan sebuah
karya.
3. Inspirational
Motivation, adalah upaya pemimpin transformasional dalam memberikan inspirasi
para pengikutnya agar mencapai kemungkinan-kemungkinan yang tidak terbayangkan,
ditantangnya bawahan mencapai standar yang tinggi.
Pemimpin transformasional akan mengajak bawahan untuk
memandang ancaman dan masalah sebagai kesempatan belajar dan berprestasi. Oleh
karenanya, pemimpin transformasional menciptakan budaya untuk berani salah, karena kesalahan itu adalah
awal dari pengalaman belajar segala sesuatu. Bagi pemimpin transformasional
kata adalah senjata utamanya, dengan ‘kata’ pula ia bangkitkan semangat
bawahan. Pemimpin transformasional akan menggunakan simbol-simbol dan metafora
untuk memotivasi mereka, bicara dengan antusias dan optimis.
4. Intellectual
Stimulation. Imajinasi, dipadu dengan intuisi namun dikawal oleh logika
dimanfaatkan oleh pemimpin ini dalam mengajak bawahan berkreasi. Pemimpin
transformasional berusaha mengajak bawahan untuk berani menentang tradisi uang,
dan mengajak pula bawahan untuk bertanya tentang asumsi lama. Pemimpin transformasional
menyadari bahwa sering kali kepercayaan tertentu telah menghambat pola
berpikir, oleh karenanya, pemimpin transformasional mengajak bawahannya untuk
mempertanyakan, meneliti, mengkaji dan jika perlu mengganti kepercayaan itu.
Sedangkan menurut Wutun (2001, h.353) kepemimpinan
transformasional memiliki
lima aspek yaitu :
a. Atributed
Charisma: pemimpin yang memiliki kharisma memperlihatkan visi, kemampuan
keahliannya serta tindakanyang lebih mendahulukan kepentingan organisasi dan
kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi.
b. Idealized
Influence: pemimpin berusaha mempengaruhi bawahan dengan komunikasi langsung
dengan menekankan pentingnya nilai-nilai, komitmen dan keyakinan, serta
memiliki tekad untuk mencapai tujuan dengan tetap mempertimbangkan
akibat-akibat moral dan etik dari setiap keputusan yang dibuat.
c. Inspirational
Motivation: pemimpin bertindak dengan cara memotivasi dan menginspirasi bawahan
melalui pemberian arti, partisipasi dan tantangan terhadap tugas bawahan.
d. Intelectual
Stimulation : pemimpin berusaha
mendorong bawahan untuk memikirkan kembali cara kerja dan mencari cara-cara
kerja baru dalam menyelesaikan tugasnya.
e. Individualized
Consideration: pemimpin berusaha memberikan perhatian kepada bawahan dan
menghargai sikap bawahan terhadap organisasi.
No comments:
Post a Comment